Lilin-lilin kecil

on Kamis, 19 Juni 2014
*Candle Light*
Lilin-lilin kecil bermahkotakan api

Sembribit angin mengayun pucuknya
Tarian gemulai nan indah dari sang api, membakar sumbunya perlahan
Lelehkan tubuh lilin-lilin kecil itu
Demi nyala sang api... hingga habis kikis pun lilin kan setia pada api

Inilah lima baris cinta lilin-lilin kecil 




***
maknanya (menurutku):

(1) lilin bermahkota api
Lilin tak akan berguna tanpa adanya api.
Lilin di malam gelap pun tak kan indah tanpa api.
Bahkan tak kan kau temukan romantis pada lilin tanpa api.
*Begitu pula aku, tak kan lengkap tanpa kamu. Kamu.. iya kamu. Kamu yang menjadikan hari-hariku lebih indah.*

(2) Sembribit angin mengayun pucuknya
Pucuknya adalah sumbu yang dibakar api.
Kau tahu? Api yang membakar sumbunya justru menjadikannya lebih indah (orang-orang menyebutnya romantis).
Namun, sering kali angin berhembus mencoba memadamkan api, memisahkan lilin dan api.
*Begitu pula aku dan kamu. Berbagai "angin" mencoba menggoyahkan kita, bahkan memisahkan kita.*

(3) Tarian gemulai nan indah dari sang api, membakar sumbunya perlahan
(4) Lelehkan tubuh lilin-lilin kecil itu
Tanpa disadari oleh lilin, tanpa dihiraukan oleh api... api yang menari-nari pada sumbunya menimbulkan panas yang melelehkan tubuhnya sendiri.
*Begitu pula aku. Tanpa kusadari, cinta yang kau permainkan dengan begitu "gemulai" ini kian "membakar" aku. Lelehan air mataku yang mungkin tak sedikitpun kauhiraukan.*

(5) Demi nyala sang api... hingga habis kikis pun lilin kan setia pada api
Lilin tak pernah menyalahkan api yang telah melelehkannya. Tak pernah pula ia menuntut api untuk selalu menghiasnya. Bahkan ketika lilin telah habis, ia tak menahan api yang padam begitu saja.. menghilang, meninggalkan lilin bersama lelehannya saja.
*Begitu pula aku. Aku tak mau menuntutmu untuk selalu bersamaku, apalagi aku belum tahu "angin" dahsyat apa yang akan mencoba memadamkan cinta ini. Aku pun merasa tak berhak. Tak berhak untuk menahanmu, apalagi ketika aku tinggal "lelehan".*

Aku rela "terbakar" seperti lilin, asal kau tetap "menyala". Aku akan seperti lilin yang terus setia pada api. Namun, jika suatu saat kauputuskan untuk pergi, entah karena "angin" yang berhembus terlalu dahsyat ataupun karna aku telah "terbakar" habis, tak apa.. Mungkin sudah takdirku menjadi lilin.

Inilah filsafat cinta yang (cukup) ngenes. terima kasih :)

0 komentar:

Posting Komentar